Catatan Heru...Pemuisi dari Indonesia
>>> trans >>>
Ternyata heru masih belum bisa memahami bahasa orang Malaysia ya? Entah. Kemarin sempat mencoba membaca beberapa blog teman-teman dari Malaysia. Meski kalau diambil secara keseluruhan Heru anggap bisa menangkap isinya, tapi jika harus membaca satu per satu dan mengartikannya, repot juga. Dulu ketika kali pertama menjejalkan beribu-ribu kata dari milis gedongpuisi, dan penyair ke mata otak ini, selain juga ingin ikutan corat-coret di sana, Heru pernah berkenalan dengan seorang guru dari Malaysia, namanya Cikgu Nik. Katanya sih Cikgu itu adalah sebutan bagi orang yang mengajar di sekolahan (seperti Pak/Bu Guru kan? Iya kan?). Heru sudah lupa apa nama sekolahannya. Tapi ntar dicarikan deh alamat situsnya, sebab akan dimasukkan dalam daftar orang-orang paling Heru cari.
Cikgunik, beberapa kali mengirimkan komentar pada Heru tentang puisi-puisi Heru. Dengan gaya tulisan seorang Malaysia juga. Beberapa dipahami, tapi beberapa, bahkan banyak sekali, tidak dipahami. Sebenarnya jika dilihat dari kesan, serasa orang yang memarahi dan mengejek. Tapi Cikgu selalu berpesan, jika membaca jangan dilihat sebagai atau dengan nada marah. Akhirnya Heru juga mencoba selalu berbaik sangka atas apa yang disampaikan Cikgunik itu. Beberapa kali menafsirkan puisi Heru. Dan beberapa kali juga membuat Heru kagum. Entah dengan apanya. Tafsiran puisi yang mungkin dianggap begitu melenceng jika dilihat oleh orang yang menganut bahasa Indonesia murni, tapi menurut Heru, itu adalah sisi lain dari puisi yang memang sebenarnya ingin dan bisa Heru ungkapkan di dalam puisi-puisi itu. Dari situlah awal mengapa Heru pernah berpendapat bahwa "apakah metafora itu metafora? dan apakah puisi yang tampak terang itu benar-benar terang seperti anggapan orang lain?" Yah begitulah. Hubungan dengan cerita sebelumnya? Tidak ada. Itu kesimpulannya.
Diposkan oleh cahy0 di 2:33 PM
No comments:
Post a Comment